Kamis, 26 Maret 2015

Ketika Karir Politik Menjadi Pilihan

Menemui Nasril Bahar belakangan ini bukanlah hal yang mudah. “Maaf, saya lagi di luar kota. Bagaimana kalau wawancaranya lusa? Insya Allah saya sudah di Medan,” kata Nasril saat dihubungi beberapa hari lalu.
Ternyata Wakil Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Sumatera Utara (Sumut) ini tipe orang yang menepati janji. Persis pada hari yang dijanjikan Sabtu pagi kemarin (14/2), justru dia yang menelpon, mengundang datang ke rumahnya.
“Kemarin saya lagi di Kabupaten Langkat, kemudian ke Dairi dan terus melanjutkan perjalanan ke sebagian wilayah di Simalungun, untuk melihat sejauh mana perkembangan pertanian di sana. Selain itu ada beberapa kegiatan partai,” kata Nasril membuka pembicaraan di rumahnya yang nyaman di bilangan Jalan Sakti Lubis. Saat itu dia mengenakan baju kaos putih dan celana blue jeans.
Selanjutnya adalah cerita yang santai. Berbicara dengan Nasril seolah berbicara dengan kawan baik yang lama tak berjumpa. Beberapa kali tawanya terdengar. Nasril orang yang mudah diajak bicara dan terbuka untuk diajak berdebat tanpa khawatir dia akan marah jika tak setuju dengan pendapatnya.
“Saya orang yang suka melakukan sesuatu hingga tuntas. Begitu saya menyatakan sanggup menjalankan sebuah tugas, maka akan saya laksanakan hingga selesai,” kata pria yang lahir di Medan, 31 Desember 1964, ini.
Ciri khas itu juga yang dia jalankan di partai. Ketika diberi tanggungjawab sebagai Wakil Ketua bidang Pemenangan Pemilu di Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Sumut pada kepengurusan priode 2000 – 2005, dia akhirnya menyatakan sanggup.
Target kemenangan PAN dan kemenangan pemilihan presiden pada Pemilu 2004 menurut Wakil Ketua PW Pemuda Muhammadiyah priode 2002 – 2006 ini, merupakan satu tekad yang menurutnya tak bisa ditawar-tawar lagi untuk diujudkan. Apalagi dia sendiri saat ini calon anggota DPR RI dari PAN untuk daerah pemilihan Sumut III, yakni Kabupaten Langkat, Binjai, Tanah Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Simalungun, Asahan, Kota Siantar dan Tanjung Balai.
“Tidak mudah mendapat amanah ini. Saya harus selalu turun ke daerah, memastikan kaderisasi berjalan, dan mendata seakurat mungkin perkembangan peta politik di Sumut. Tanggung jawab pemenangan pemilu PAN sudah saya terima, jadi tinggal sekuat tenaga menjalankannya dan tetap berserah diri kepada Allah SWT,” kata Nasril.
Tidak Pernah Terbayang
Sebenarnya berkiprah di bidang politik, nyaris tidak pernah terbayang di pikiran Nasril. Pria yang suka membaca dan berolahraga jogging ini, sejak kecil cuma ingin mejadi praktisi ekonomi, pengusaha yang sukses, mengikuti jejak ayahnya H. Baharuddin Isa.
Hal itu terlihat dari alur pendidikannya yang semuanya berlangsung di Medan. Pendidikan dasarnya di SD di Muhammadiyah I, kemudian lanjut ke SMP Mualimin Muhammadiyah, lalu SMA Negeri 6 dan melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Pada semester pertama saat kuliah di UISU, sebenarnya dia juga diterima di Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan. Namun dia akhirrnya memutuskan untuk melanjutkan di UISU karena tidak sempat membagi waktu.
Tetapi pada semester VII, dia kemudian merasa tidak nyaman akan kebijakan dekan. Bahkan dia sempat mendapat “tambahan pendidikan“ selama satu minggu di kantor polisi karena turut andil melakukan aksi penentangan di kampusnya. Dia pun pindah kuliah ke Fakultas ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan akhirnya tamat di sini.
Di UMSU dia pun aktif berorganisasi yang terbawa hingga sekarang. Saat ini dia tercatat memimpin Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Sumut. Kemudian dipercaya sebagai sebagai Ketua Forum Pengusaha Muda Muhammadiyah Sumut. Selain itu Bendahara Lembaga Adat Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM-3) Sumut, Ketua Ikatan Keluarga Lawang Sumut, serta Bendahara Ikatan Keluarga Luhak Agam (IKLA) Sumut. Selain itu setiap hari harus juga mengurus perusahaannya yang bergerak di bidang tekstil.
Sosok Amien Rais
Awal ketertarikannya terhadap politik tidak lepas dari sosok Amien Rais, yang kini menjabat sebagai Ketua DPP PAN dan juga Ketua MPR RI. Sosok religius dan kemapanan berpolitik dan kepedulian untuk memperbaiki bangsa yang ditunjukkan Amien Rais, membuat Nasril merasa tertantang untuk berlaku serupa.
“Ada spirit yang menakjubkan, yang membuat saya kagum pada sosok beliau. Tetapi tentu saja aplikasinya sangat sulit. Itu sudah saya rasakan sekarang,” tukas Nasril yang dianugerahi empat orang putra dan puteri, yakni Muhammad Faisal, Imam Firdaus, Dina Kharina dan Muhammad Rais Haq, dari pernikahannya dengan Hj. Dra. Kilopatra, teman masa kuliahnya di UISU.
Salah satu kesulitan utama yang harus diatasinya adalah membagi waktu. Keempat anaknya sudah mulai protes sejak Nasril sering pulang malam dan nyaris tidak punya waktu untuk keluarga, karena habis untuk mengurusi partai dan perusahaan.
“Ini merupakan konsekuensi logis dari perjuangan yang sedang saya lakukan. Tetapi Alhamdulillah, sejauh ini keluarga dapat mengerti. Saya beruntung mendapatkan istri yang penuh pengertian, dan memahami tugas yang sedang saya emban dan memberi support yang luar biasa,” kata Nasril.
Kiprah politiknya di PAN sendiri dimulai ketika seorang teman baiknya Ahmad Arif, SE. MM, Kawan sejak SD-nya yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPD Medan, menawarinya untuk ikut aktif di politik. Bersama Zuni Fasman, juga Wakil Ketua PAN Medan, mereka membentuk salah satu komite wilayah, hingga akhinya berhasil membentuk 60 komite kecamatan di Medan.
“Pada Musyawarah Wilayah I PAN, kami bertiga tidak mau duduk di kepengurusan dan juga legislatif. Hanya ingin memberi support moralitas. Semata-mata ikhlas untuk mendukung PAN supaya besar dan memberi pekuang kepada teman yang pengen duduk di legislatif.
Rupanya kiprah Nasril tak bisa dianggap sepi, saat terjadi penyisipan komposisi pengurus di DPW priode 1998 – 2000, namanya dimasukkan sebagai salah satu wakil bendahara, 1999. Kemudian menjadi wakil ketua pada kepengurusan DPW PAN Sumut piode 2000 – 2005.
Tak berhenti sampai di ssitu, atas kesepakatan PAN Medan dan PAN Sumut, namanya diplot untuk calon ke senayan, menjadi kandidat anggota DPR RI melalui daerah pemilihan Sumut III.
“Amanah ini memang harus membuat saya kerja keras. Tetapi yang terpenting bagaimana saya bisa membesarkan partai ini,” kata Nasril.
Amanah Partai
Pembicaraan dengan Nasril yang satu jam setengah, akhirnya dihentikan sebuah telepon. Sebenarnya sudah beberapa kali telpon berdering, namun selalu dijawabnya dengan, “Nanti saya telepon lagi, ya. Lagi wawancara…” Namun telepon kali ini membuatnya harus berbicara panjang lebar. Berkaitan dengan urusan partai.
Entah siapa yang menelpon, tetapi yang pasti, seusai menutup pembicaraan dia kemudian berucap, “Maaf, ya, 15 menit lagi saya ada pertemuan. Bagaimana kalau kita lanjutkan lagi besok?” tanya Nasril.
Sebenarnya bahan untuk kebutuhan wawancara sudah cukup, tetapi seperti muncul keinginan untuk terus berbicara dengan Nasril, menggali lebih dalam pola hidup sederhana yang dilakoninya, berbagi rasa bahagia karena dia bisa memberangkatkan kedua orangtuanya ke Tanah Suci, dan semuanya. Tetapi itulah, selalu tak cukup waktu untuk berbicara dengan “seorang kawan baik yang lama tak berjumpa”. (muhammad arifin)
Sumut Pos
Senin, 15 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar